Rabu, 30 Desember 2009

Olah Digital dalam Fotografi

Fotografi adalah seni. Kata fotografi (atau photography dalam bahasa Inggris) berasal dari dua kata bahasa Yunani, yaitu photos yang berarti cahaya dan grafos yang berarti tulisan atau lukisan. Dalam kamus Bahasa Indonesia, fotografi berarti seni atau proses penghasilan gambar dan cahaya pada film. Jadi, dapat disimpulkan bahwa fotografi adalah seni menulis atau melukis dengan cahaya.

Tanpa cahaya, kita tidak akan bisa menghasilkan gambar atau foto. Foto tersebut dapat dihasilkan dari proses merekam pantulan cahaya yang mengenai benda atau objek dengan menggunakan media atau alat yang peka terhadap cahaya. Media tersebut kita kenal dengan nama kamera.

Dalam prinsip fotografi, tiga elemen penting pada kamera yang harus dikuasai dalam pengaturan seberapa banyak cahaya yang masuk ke dalam kamera adalah bagaimana cara mengatur ASA/ISO, bukaan diafragma (disimbolkan dengan huruf f) , dan kecepatan shutter speed (SS) atau bukaan tabir rana. ASA (American Standard Association) atau ISO (International Standard Organization) menunjukkan kepekaan film pada cahaya, dalam era digital ASA/ISO dapat diatur sendiri. Bukaan diafragma adalah bukaan lubang di mana cahaya dapat masuk ke dalam kamera. Semakin besar angka bukaan diafragma, semakin kecil lubang yang terbuka dan sebaliknya. Kecepatan shutter speed adalah kecepatan bukaan tabir dalam memberi kesempatan pada cahaya untuk

Fotografi terbagi dalam berbagai jenis berdasarkan subjek fotografinya. Beberapa di antaranya adalah fotografi alam, fotografi satwa, fotografi jurnalistik, fotografi studio, fotografi udara, fotografi komersial, dan lain sebagainya. Dari jenis-jenis tersebut, masing-masing mempunyai ciri khas tersendiri yang tidak dibahas di sini.

Beralih ke olah digital, olah digital adalah cara untuk mengolah sebuah gambar digital dengan menggunakan berbagai software yang dioperasikan pada komputer. Gambar digital yang sudah dihasilkan dapat diperbaiki atau di-retouch dengan proses olah digital. Saat ini sangat banyak orang-orang yang kreatif dan ahli dalam olah digital

Olah digital berkaitan erat dengan fotografi. Olah digital sangat membantu dalam memperbaiki gambar-gambar digital. Namun, beberapa fotografer menentang adanya olah digital yang dapat mengubah foto-foto yang kita hasilkan menjadi tidak asli. Juga, olah digital seperti tidak menghargai fotografer-fotografer yang dengan susah payah menggunakan kameranya untuk mendapatkan hasil foto yang bagus dengan mengira-ngira ASA/ISO, diafragma, dan shutter speed yang tepat.

Seiring perkembangan zaman, olah digital hampir menjadi sesuatu yang wajib dalam dunia fotografi digital walaupun sampai saat ini masih terdapat perdebatan antara fotografer pro-oldig dan kontra-oldig. Hampir semua fotografer menguasai tentang olah digital. Bagi fotografer yang belum bisa menggunakan olah digital, banyak yang sengaja mempelajarinya secara khusus demi mendapatkan hasil yang lebih baik.

Tentu saja penggunaan olah digital dalam dunia fotografi mempunyai batasan-batasan. Kita tidak boleh menggunakan teknik-teknik dalam olah digital untuk menipu orang lain. Ingat, seorang fotografer hanya menggunakan olah digital sebagai media penyempurna gambar digital hasil jepretannya. Semakin baik hasil ‘mentah’ jepretan, semakin baik pula gambar hasil olah digitalnya.

Arza Nursatya, mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, jurusan Fisika, Universitas Padjadjaran (UNPAD) ini sangat akrab dengan dunia olah digital. Arza – biasa dipanggil Chacha – mulai mengenal olah digital sejak duduk di bangku SD dan mulai menekunumi bidang olah digital saat duduk di kelas 2 SMA. Belajar olah digital bagi Chacha bukanlah suatu pendidikan yang butuh tempat khusus. Chachha hanya mempelajari olah digital melalui majalah, tutorial internet, melihat video tutorial, atau menanyakan hal yang tdak ia ketahui kepada orang lebih berpengalaman. Berikut penuturunnya tentang olah digital di dunia fotografi.

Nimas, Dinda, dan Desti ( K ) : Olah digital itu apa sih?

Cha2 (C): Sebenarnya mah ngga tau apa definisi yang disepakati bersama jadi olah digital itu modifikasi sekecil apapun di hasil foto digital.

K:Sejak kapan olah digital digunakan?

C: Maraknya kira-kira sejak 2002-2003 itu untuk di Indonesia, sebelum 2002 belum terlalu dipakai.

K: Bagaimana penerapan olah digital di dunia fotografi?

C: Ini seperti kebiasaan orang saja yang harus minum air putih setiap hari tapi juga tetap minum minuman dalam kemasan tapi ya ngga minum juga ngga kenapa-kenapa. Jadi ya kira-kira seperti itulah olah digital di dunia fotografi. Sekarang tuh jadi kebiasaan kalau motret tapi ngga ngedit rasanya kurang.

K: Jadi olah digital di dalam fotografi penting?

C: Penting ngga penting karena zaman dulu juga ngga ada oldig foto jadinya bagus-bagus aja. Cuma kalau sekarang olah digital lebih memudahkan jadi kaya minuman kemasan tadi kita bisa dapat banyak asupan dari satu asupan.

K: Batasan-batasan olah digital dalam lomba?

C: Batasannya kamar gelap. Jadi apa yang bisa dilakukan di kamar gelap boleh dipake di oldig. Contohnya yang umum seperti ngubah brightness dan contrass di beberapa lomba saturasi boleh diubah, tingkat kecerahaan warna boleh diubah karena dianggap itu juga bisa dilakukan di kamar gelap.

K: Software-software olah digital apa yang sekarang sering dipakai?

C: Photoshop itu kan utusan Tuhan di dunia. Itu yang pertama yang berikutnya paling Photoscape yang mana adalah pengikutnya Photoshop. Feature-feature yang ada di Photoscape hanya beda di tampilan dan hasil akhir tapi isinya tetap sama. Ini memang niru tapi ini lebih memudahkan.

K: Tanggapan Chacha mengenai pro-kontra olah digital di dunia fotografi?

C: Sekarang kan fotografi juga masih diperdebatkan itu sebuah karya seni atau bukan. Tapi terlepas dari itu kalau kita menganggap itu sebuah karya seni, jadi yang dinilai itu adalah hasilnya bukan prosesnya karena kita bukan lagi ngajar tapi lagi mempertontonkan. Jadi selama hasilnya bagus, kenapa kacang? Why nut? Kalau oldig itu dianggap dapat memperkuat tujuan si perupanya, kenapa engga? Cuma, kalau tujuan kita ngajarin orang belajar motret, oldignya dikurangi.

Demikian hasil bincang-bincang kami dengan Chacha salah seorang anggota Spektrum yang baru saja menang di lomba foto Dracs. Kesimpulannya menurut Chacha sah-sah saja menggunakan olah digital sebatas kamar gelap di dalam dunia fotografi asal tidak bertujuan untuk merekayasa foto tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar